Pages

Kata-kata Mutiara Islam

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

Kata-kata Mutiara Islam

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

Kata-kata Mutiara Islam

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

Kata-kata Mutiara Islam

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

Kata-kata Mutiara Islam

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

MDA Al-Falah Cibonte, Awiluar, Situbatu, Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat

Kamis, 28 Juni 2012

Informasi PPDB 2012


  1. Jadwal Pendaftaran
- Waktu Pendaftaran    : 1 Juni s/d 14 Juli 2012
- Daftar Ulang              : 16 Juli 2012
- Mulai Belajar             : 16 Juli 2012

  1. Syarat Pendaftaran
-          Usia Minimal 6 tahun
-          Poto Copy KTP Orang Tua
-          Poto Copy Akta Kelahiran
-          Pas Photo 3 x 4 sebanyak 3 lembar
-          Mengisi formulir yang telah disediakan
-           
  1. Tempat Pendaftaran

MDA Al-Falah Cibonte, Awiluar, Situbatu, Banjar.

Materi Ajar

A.     Mata pelajaran Khusus SDIT
-Bahasa Arab
-Al-Quran
            -Tahfizh Hadist
            -Tarikh Islam
            -Fiqih
            Praktek Ibadah
B.     Program Ekstra Kulikuler
            -Apresiasi Seni Islam

Selasa, 26 Juni 2012

Anak MDA dan TKA Al-Falah Cibonte Telah Lulus

Pada hari Sabtu tanggal 23 Juni 2012 anank2 MDA menerima Ijazah untuk lulusan MDA kelas 4,,wih senangnya ,
MDA kelas 4 juga menerima ijazah..





Selain MDA tapi TKA juga menerima Ijazah Monakosah



Sejarah Singkat MDA Al-Falah Cibonte

MDA ini dibangun pada tanggal 16 Juli 1990,,yang pertama di kepala sekolahi oleh bapak Juddin Tamyudin,,
sekarang oleh Bapak Apipuddin..
Nama MDA Al-Falah Cibonte di sahkan oleh pemerintah ciamis pada tahun 1996 namu banjar memisahkan diri menjadi kota maka MDA ini di miliki oleh Kota Banjar danpembangunan segala macam di tanggung oleh Pemerintah Kota Banjar...
Sekarang MDA ini memiliki 10 ruang kelas dan Ruang Guru, dan sekarang ada TKA Al-Qur'an paket A dan Paket B.

Struktur Organisasi

Kepala Sekolah : Apipuddin
Wakil Kepala : Judin Tamyudin
Sekertaris : Heni Herlina
Bendahara : Yayah Nurhayati

TKA Paket 1 : Oo PahrudinTKA Paket 2 : Heni Herlina
Wali Kelas 1 : Yayah Nurhayati
Wali Kelas 2 : Neni Rohaeni
Wali Kelas 3 : Oo Pahrudin
Wali Kelas 4 : Judin Tamyudin

Visi dan Misi MDA Al-Falah Cibonte

Visi:
Terwujudnya Generasi Qur`ani, Cerdas, Mandiri, Berprestasi dan Berakhlak Mulia`
Misi:
  1. Menerapkan kemampuan profesionalisme Kepala Madrasah, Guru, Tenaga Pendidik serta Pengurus untuk memberikan Pelayanan Prima terhadap peserta didik dan Mashyarakat
  2. Mewujudkan Peserta Didik yang berilmu pengetahuan dasar, beriman dan bertaqwa dengan menerapkan pendidikan non dikotomik.
  3. Menimgkatkan pemberdayaan peserta didik dengan Pembinaan Tahfish Quran, Tahfizh Hadist, Kultum, Olah Raga.

Qasidah Modern MDA Al-Falah Cibonte

Galeri Poto MDA Al-Falah Cibonte

Video Rebana MDA Al-Falah Cibonte



Pergaulan Menentukan Cita-cita

Ada yang tahu Mark Victor Hansen? Mungkin hanya beberapa di antara kamu mengingat nama tersebut. OK, sekarang pertanyaannya saya ubah sedikit. Ada yang tahu buku seri "Chicken Soup for the Soul"? Rasanya, buku ini sudah banyak yang membaca atau setidaknya mendengarnya.

 
rishikajain.com



Ya, Mark Victor Hansen adalah penulis buku seri yang terkenal sedunia tersebut. Kali ini kita akan belajar sesuatu hal dari Hansen dan sahabatnya, Anthony Robbins. Dua sahabat ini sama-sama menjadi motivator bagi orang banyak.

Suatu saat ketika penghasilan Hansen mencapai US $ 1 Juta, ia bertanya pada Robbins, "Penghasilan Anda demikian besar, bagaimana saya bisa mencapainya juga ?"

Saat ditanya, Robbins malah balik bertanya, "Siapa kelompok pemikir utama Anda?"

"Kelompok jutawan," jawab Hansen.

 
monikatanu.com

“Itulah kekeliruan Anda. Anda harus bergaul dengan kelompok miliarder, pasti mereka akan membuat Anda berpikir pada tingkatan mereka,” jawab Robbins.

Setelah Hansen mendapat jawaban tersebut, tak lama ia pun berhasil memperoleh penghasilan hingga US $ 1 Milyar.

Ayam dan Rajawali

Bagaimana kita belajar dari kisah Hansen dan Robbins? Pergaulan yang kita pilih, pertemanan atau komunitas tertentu akan mendatangkan pengaruh bagi kita di masa depan, baik atau buruk.

Hal ini diteguhkan juga oleh penelitian yang dilakukan Dr. David dari Universitas Havard, yang menyimpulkan seorang teman atau komunitas akan berpengaruh terhadap kesuksesan setelah 25 tahun.

Pada dasarnya manusia memang senang beradaptasi atau mengikuti pola hidup lingkungannya.

Artinya, bila kita bekerja di antara orang-orang yang rajin, berdisiplin tinggi, selalu menjaga mutu dan kualitas, jujur, maka cepat atau lambat kita akan meniru gaya hidup mereka. Namun sebaliknya, bila kita bekerja di lingkungan yang orang-orangnya cenderung malas, telat, tidak disiplin, suka membolos, curang, maka pelan tapi pasti kita akan melakukan hal yang sama.

Senada dengan kesimpulan Dr. David, juga menjadi salah satu poin penting dalam buku "The Secret" (Rhonda Byrne) atau bahkan nasihat Mario Teguh, sang motivator terkenal di negeri ini.

Untuk mencapai apa yang kita cita-citakan, maka akan lebih mudah tercapai bila kita sering berinteraksi dengan orang-orang yang sejalan dengan tujuan kita. Kalau kamu ingin menjadi pemain musik yang handal, tentu akan lebih cepat tercapai bila kamu bergaul dengan musisi, apalagi dari para senior, bukan?

Tentu saja, Hansen, Robbins, Rhonda, atau Mario Teguh sekali pun tidak berarti hanya memilih orang dari kelas tertentu sebagai teman pergaulan. Berteman dan mengenal orang dari berbagai kalangan pasti berguna untuk memperluas pergaulan. Semakin banyak teman maka semakin mudah hidup kita karena bisa saling tolong-menolong.
 
instablogsimages.com


Namun memiliki batas agar tak terlalu larut dalam pergaulan yang tak sesuai dengan tujuan kita tentu bisa menjaga langkah kita tetap pada jalur. Jadi, bila kita ingin berhasil, tempatkanlah diri kita pada jalur yang benar. Tetapkanlah diri kita untuk selalu bergaul dengan pribadi-pribadi yang dapat memberi pengaruh positif, dan masa depan yang cemerlang pun tersedia bagi kita.

Kita tidak mungkin bisa terbang seperti rajawali kalau kita hidup di kumpulan ayam.

Selama ini Aku Salah Memandang Islam

Kisah ini diceritakan oleh Priyanka Kher, seorang wanita berdarah India yang besar di Selandia Baru dan saat ini tinggal di Amerika Serikat. Priyanka adalah kontributor pada beberapa media di internet, dan kali ini adalah tulisannya untuk matadornetwork.com.

 

 Ilustrasi/Meyda-Sefira/Google


Bandara John F. Kennedy, jam 1.00 Dini hari...

Wajahnya terlihat ramah, dan hal itulah yang membuat saya berani mendekatinya.

"Permisi, apakah kamu mau membantu mengawasi tas saya sebentar sementara saya pergi ke toilet?" tanya saya dengan sopan.

"Baiklah," jawabnya dengan senyum lebar.

Saat itu jam 1.00 dini hari di Terminal 4 Bandara John F. Kennedy, di tempat gerai makanan. Di waktu seperti ini sangat sedikit orang yang ada. Hanya terlihat sekelompok anak muda, tiga pemuda dan dua gadis remaja berbicara dengan bahasa yang saya tidak mengerti. Di sudut lain, lelaki paruh baya sibuk berbicara di telepon genggamnya. Terlihat juga sepasang calon penumpang sedang tidur di bangku panjang.

Saya melihat sekeliling. Saya bersama Tanvi, buah hati saya yang baru berusia 4 tahun. Oh, saya sangat khawatir, Tanvi masih terlalu kecil untuk bisa memegang tasnya sendiri. Sementara saya ingin ke kamar kecil. Kami harus bergegas. Tas kami tinggalkan dalam pengawasan gadis muda yang duduk kira-kira berjarak dua meja dari tempat kami duduk. Ia asik memerhatikan lembaran kertas di depannya.

Setelah kembali dari kamar kecil, saya berpikir sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri menghampiri gadis muda tersebut.

"Saya tidak meminumnya, lho," canda gadis muda tersebut saat saya memegang cangkir kopi yang ada di meja saya.

"Wow, terima kasih!" Jawab saya. Kami berdua lalu tertawa. Ah, hal ini telah mencairkan suasana yang sebelumnya terasa kaku.

"Mengapa kamu tidak ikut duduk di sini dengan saya?" tanyanya.

Saya pun akhirnya duduk bersamanya.

Ia berasal dari Arab Saudi -- seperti yang ia bilang kemudian. Tepatnya dari Jeddah. Saat ini sedang kuliah kedokteran di Karibia.

Saya tahu ia seorang muslim karena mengenakan hijab. Ia sedang menunggu penerbangan menuju Jenewa, tempat konferensi kesehatan berlangsung jam 7 malam esok.

"Jadi kamu akan menunggu di sini sampai tiba jadwal penerbanganmu?"

"Ya, saya sering berpergian, jadi sudah terbiasa begadang seperti ini," sahutnya. Matanya membaca sejuta pertanyaan dalam benak saya.

Keluarganya ada di kampung halaman. Ia tinggal sendirian selama lima tahun belakangan ini.

Saya mencoba mencerna ceritanya sambil bertanya-tanya dalam hati. Gadis ini, seorang gadis muslim yang masih muda. Lahir dan berasal dari negara Islam, lalu meninggalkan rumah di usia 18 tahun untuk kuliah, tinggal sendiri, jauh dari rumah. Ia bahkan berkelana sendirian dan ada di bandara tengah malam seperti ini?

"Apakah semua itu tak ada masalah?" tanya saya penuh penasaran.

"Maksudnya?" Ia seolah tak mengerti.

"Kamu tahulah, semua yang kamu lakukan ini. Sepanjang yang saya tahu, wanita di negaramu dilarang melakukan hal ini, memiliki kebebasan seperti ini. Jadi saya penasaran apakah hal ini bukan sesuatu yang.... dilarang," sergah saya.

Ia terdiam beberapa saat. Oh, saya merasa pertanyaan saya terlau jauh menyasar ke hal-hal pribadi.

"Bagaimana yang kamu tahu?" tanyanya dengan serius.

Sekonyong-konyong saya merasa sakit dan bodoh. Sejujurnya, saya sama sekali tidak tahu apa-apa. Saya ternyata tidak tahu tentang wanita muslim kecuali dari apa yang saya baca selama ini.

Saya tak pernah pergi ke negara muslim. Tidak juga punya teman seorang muslim sebelumnya. Jadi, yang saya dengar hanyalah pandangan stereotip tentang islam.

"Well, hal itu yang selama ini kami dengar," saya menjawabnya, walau kemudian saya menyadari jawaban ini terdengar bodoh.

"Jangan percaya segala hal yang kamu dengar," jawabnya. "Reputasi negara saya dan pandangan terhadap agama saya soal perempuan adalah menyesatkan. Tetapi selalu ada dua sisi untuk setiap koin. Saya ini tak bedanya dengan wanita lain."

Ia kemudian tersenyum, "Tapi tak apa-apa, kamu bukan orang pertama yang menanyakan hal ini."

"Bagaimana dengan menggunakan hijab, apakah itu pilihan kamu juga?"

"Ya, tentu saja," sahutnya kemudian.

"Bukankah itu semakin mengkategorikanmu seperti gambaran yang ada, terutama kalau kamu ingin mematahkan semua pandangan negatif orang selama ini. Kamu ingin menunjukkan era baru wanita Arab yang progresif dan modern, tapi dengan menggunakan hijab berarti tidak bisa mematahkan belenggu sepenuhnya."

Ia tertawa keras.

"Kamu tahu, nggak," ia mulai menjelaskan, "Saya tidak punya misi untuk mengubah apa pun. Saya begini apa adanya. Isi kepala saya memang liberal, tapi saya tetap berakar pada budaya saya. Dua faktor ini saling mengisi dalam hidup saya, melekat pada diri saya. Mengapa saya harus melepaskan yang satu karena hal lain? "

Saat ini saya yang terdiam.

Kami kemudian berbincang-bincang banyak hal. Ia menunjukkan foto keluarga dari laptopnya. Rupanya ia gadis sulung dari tiga bersaudara. Adik perempuan dan lelakinya tinggal di kampung halaman. Kedua orang tuanya dokter, dan wajahnya terlihat ramah sekali. Ia begitu bahagia menceritakan keluarganya.

Saatnya saya harus pergi. Penerbangan saya dan Tanvi pulang ke Kansas pukul 6.00 pagi. Saya melihat ke luar jendela sementara Tanvi tertidur di kereta dorong menuju bis yang membawa kami ke Terminal 7.

Di tangan saya ada secarik kertas yang ia tulis. Saya masih sempat membacanya kembali sekilas.

"Niloferr Khan Habibullah," begitulah ia menyebut namanya sambil tersenyum... sebelum kami berpisah.

Pembagian Ijazah MDA dan TKA Al-Falah Cibonte 2011-2012













Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More